lyfe and reviews

Review Buku : Lalu Semuanya Lenyap



Delapan orang, dengan latar berbeda-beda, diundang oleh pasangan misterius bernama UN Owen ke sebuah pulau terpencil. Tapi kemudian diketahui bahwa UN Owen adalah nama palsu dan bisa diartikan sebagai UNKNOWN (tidak diketahui), bahkan pasangan pelayan, yang mereka gaji, tidak punya gambaran siapa majikannya.🤯

Ternyata semua orang yang hadir, termasuk pelayan, didakwa memiliki masa lalu penuh "dosa". Dan pulau itu akan menjadi ajang penghakiman kesalahan mereka, atau lebih tepat ajang pembantaian. Seorang demi seorang terbunuh secara misterius. Dengan hanya 10 orang hadir disana, bisa dipastikan satu orang adalah sang pembunuh.

Tidak ada tempat untuk lari. Sebelum tiba giliran mereka terbunuh, satu-satunya cara bagi yang masih hidup adalah menemukan terlebih dahulu siapa si pembunuh. 


Petunjuk hanya pada boneka figur anak negro dan puisi kanak-kanak "Sepuluh Anak Negro", yang terpajang rapi di masing-masing kamar tamu. Puisi sederhana itu secara mengerikan berubah fungsi menjadi sebuah deskripsi bagaimana cara maut menjemput para korban-secara berurutan :


10 anak negro makan malam, seorang tersedak tinggal 9,
9 anak negro bergadang jauh malam, seorang ketiduran tinggal 8,
8 anak negro berkeliling devon, seorang tak mau pulang tinggal 7,
7 anak negro mengapak kayu, seorang terkapak tinggal 6,
6 anak negro bermain sarang lebah, seorang tersengat tinggal 5,
5 anak negro ke pengadilan, seorang ke kedutaan tinggal 4,
4 anak negro pergi kelaut, seorang dimakan ikan herring merah, tinggal 3,
3 anak negro pergi ke kebun binatang, seorang diterkam beruang tinggal 2,
2 orang anak negro duduk berjemur, seorang hangus tinggal 1,
seorang anak negro yang sendirian, menggantung diri, habislah sudah.


Apakah, seseorang saja dari mereka, dapat keluar dari tempat itu hidup-hidup? 


Atau mungkin akhir cerita akan tetap setia pada bait ke sepuluh.....lalu semuanya lenyap, habislah sudah? 


Tidak ada kejahatan terselubung yang bisa lepas dari hukuman. Hukuman sesungguhnya dan hukuman yang lahir dari rasa bersalah.


=====


Master suspense Alfred Hitchock pernah berkata bahwa suspense dibangun dalam kondisi penonton menantikan sesuatu terjadi. Tic toc tic toc tic toc....kondisi yang membuat kuku penonton tetap mencengkeram kursi bioskop dengan adrenalin terpacu, tanpa harus naik jet coster. 


Menurutku tidak banyak novel Agatha yang mengandung unsur suspense, karena titik berat pada misteri (sudah terjadi) dan mengandalkan elemen surprise. 


Seperti, misalnya, tiba-tiba si A terbunuh (jadi bukan kita TAHU bahwa dalam hitungan jam si A akan mati). Misteri seringkali adalah kartu mati bagi timbulnya aura suspense.



Sepuluh Anak Negro merupakan gabungan sukses dari unsur suspense-misteri dengan pace cepat (untuk ukuran cerita-cerita Agatha Christie), memiliki deadline, serta sangat rapi jali. Dalam otobiografinya Agatha Christie mengakui bahwa ini adalah karya yang paling ia susun dengan super hati-hati, sebuah plot “near-impossible.”

Puisi dan boneka figur anak negro adalah pemicu suspense. Sosok pembunuh, yang hadir seperti hantu, menjadi misteri demi menghadirkan teror psikologis. Bagaimana memanfaatkan efek berantai rasa bersalah, ketakutan, serta perasaan terisolasi para korban, hingga akhirnya berhasil membangun kondisi paranoia, saling curiga bahkan terhipnosis. Setiap bab, setiap kematian, membuat pembaca buku ini merinding disko!


Tapi, yah, di jaman manapun manusia tetap mau bayar mahal untuk dibikin takut. 😆 Karena itu, walaupun seram, karya Dame Christie ini aku nobatkan menjadi "the best of the best" dari segi "ngeri-ngeri asyik" "keasyikan akan kemisteriusan dan kengerian" (seenaknya bikin genre sendiri). Dimulai bak puzzle membingungkan, berakhir dengan ending yang brilian. 



Novel Sepuluh Anak Negro mengalami perubahan titel sesuai ranah penerbitan, karena judulnya yang dianggap ofensif pada etnik tertentu. Dari "Ten Little Niggers" (1939) - UK ver., menjadi "Ten Little Indians" - US ver. dan akhirnya "And Then There Were None" -US ver (versi UK menyusul di tahun 1980-an). Nama pulau pun otomatis ikut berubah, mengikuti judul. 


Lepas dari judul yang sensitif, ternyata banyak penerbit mancanegara yang masih menggunakan versi orisinil, salah satunya adalah terbitan pertama novel ini di tanah air (Gramedia) yaitu "Sepuluh Anak Negro". Baru versi tahun 2011 (cetakan ke-9) berubah menjadi "Lalu Semuanya Lenyap", lenyap pula greget judulnya, searus dengan versi modern yang sudah terlanjur terkenal.


Gue sendiri pertama kali membaca terbitan versi lama yang masih ada sosok "Golliwogg", alias boneka kribo berwarna hitam, tipikal mewakili keturunan Afrika, sebuah karakter umum dalam buku anak-anak sampai akhir abad 19 (banyak mengundang protes karena dianggap rasis). Golliwogg sekarang sudah dihapuskan dari buku-buku. 


Lagu "Ten Little Niggers" (klik dan dengarkan saja, a very creepy song walaupun endingnya dirombak jadi happy^^;), yang menjadi inspirasi cerita, benar-benar ada, malah sempat ngetop dinyanyikan di Eropa pada tahun 1869, sebagai lagu hiburan dan belajar berhitung anak-anak.

 

Ngeri? 


Harap maklum, waktu itu perbedaan kelas sosial kuat banget. Sekarang lagu itu sudah dilarang dan mengalami transformasi drastis baik nada maupun lirik "sadis" menjadi "Ten Little Soldiers" atau "Ten Little Sailor Boys". Lagu kanak-kanak populer "Ten Little Indians" (sering jadi bagian pelajaran bermain musik dan berhitung), konon memiliki hubungan sejarah juga dengan lagu diatas.



Bila anda pemula dalam seri Agatha Christie, ingin langsung membaca karya terbaik, Sepuluh Anak Negro adalah perkenalan yang tepat! Tapi jika anda pilih "menyimpan" karya terlaris ini dahulu, sampai waktu yang pas (misal, sudah "lulus" membaca semua karya beliau), juga merupakan keputusan bijaksana. Karena dengan menunda itu, saat membacanya, anda akan merasakan honeymoon ala Agatha Christie yang sempurna, ke sebuah pulau antah berantah imajinatif, berpasangan dengan atmosfir misteri dan ancaman kematian.


Gambar : wikipedia, gramedia, archive.org


2 comments:

  1. ih aku baru tau ada blog kak phebie yg ini.... *langsung follow*

    NAH aku juga setuju, menurutku buku ini adalah karya terbaiknya Agatha (walaupun aku belum baca semua bukunya sih :P)

    Kak Phebie udah nonton mini series nya belum?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mari-mari di follow (kalungin bunga). :)) Sudah nonton, ya lumayan. Tetap lebih seru baca bukunya...menurut saya ya

      Delete