lyfe and reviews

Review Buku : Pria Bersetelan Coklat


London, tahun 1920-an. 


Banyak kejadian yang seolah tidak berhubungan, seperti perampokan berlian, kecelakaan misterius di subway, dan terbunuhnya seorang wanita asing di puri milik anggota parlemen.


Koran-koran mencari tersangka yang kemudian disebut sebagai "Pria Bersetelan Coklat". 


Anne Beddingfield, putri arkeolog, memungut kertas berbau kapur barus dari saku pria yang tewas di subway. Baru saja berstatus yatim piatu, ia nekad menggunakan seluruh warisan yang dipunya untuk menyelidiki misteri itu, walaupun harus melintasi benua, menuju Afrika! Sebuah perjudian! 


Petualangan Anne berlanjut ke pertemuan dengan seorang pria tampan misterius, serta pergaulan dalam rombongan "sirkus" di kapal ; Suzanne Blair, Sir Eustace Pedler, Kolonel Race, Guy Pagett dkk. Semua semakin membuat perjalanannya menjadi "meriah". 


Diatas kapal dan kereta api, intrik, romantika, serta hal-hal berbahaya menanti Anne. 


🏷🏷🏷🏷🏷


Agatha Christie memang terkenal berkat novel-novel detektif bertokohkan Hercule Poirot, Miss Marple, dsb. Tapi bukan berarti novel detektif "lepas" Mrs. Christie, yang bertema misteri, tidak bagus dan ngetop. Malah seringkali punya daya tarik tersendiri, memiliki sentuhan "beda". Salah satunya, ya, kisah "Pria Bersetelan Coklat" ini, yang sebagian besar terdiri dari narasi Anne plus catatan harian Sir Eustace Pedler.


Inilah kehebatan pengarang, dia bisa menuliskan sudut pandang masing-masing karakternya dengan pas. 


Melalui narasi Anne kita bisa merasakan gairah si gadis yang berdarah panas, cerdas, penuh semangat, menggebu-gebu. Sebagai adalah satu dari sedikit "tokoh detektif wanita" dalam dunia Agatha Christie, yang pegang peranan jadi detektif sampai akhir, tanpa salah tebak, atau mendadak kalah pintar oleh tokoh pahlawan pria. 


Untuk mengimbang letupan emosi Anne, kita cukup menyimak ocehan dalam buku harian Sir Eustace Pedler yang logik, sinis, humoris, usil, dan senang "ngomongin orang". 


Kalau aku boleh jujur, ini adalah novel detektif paling "nakal" dan jenaka" karya sang nenek novelis legendaris. Serta paling asyik diikuti. Dahi gue tidak perlu berkerut dan mata tetap melek mengikuti kisah, karena sampai akhir plot cepat dan padat novel detektif ini enak dilahap tanpa harus menghidangkan sejumlah fakta membosankan, atau wawancara panjang dengan saksi-saksi yang bikin ngantuk. 


Berkat cerita yang mengalir begitu saja, saat membaca aku bisa membayangkan hebohnya petualangan Anne, benua Afrika, dan berlian-berliannya (BERLIAN! Oh, yes, diamond is girl's best friend!). 


Bonus kejutan di akhir cerita cukup cerdik, menjadi jawaban atas sebuah misteri, yang sangat menjebak, khas Agatha Christie.


Aku sangat merekomendasikan judul ini buat penggemar karya Nenek Agatha Christie. Kalau ketemu, filmnya juga bisa ditonton, lho. Sayang aku belum nemu. 



 
Update : akhirnya ketemu juga filmnya. Yay! Yang main Stephanie Zimbalist.

Sayang, menurutku, dia kurang pas mewakili Anne yang ala gadis kota kecil. Dan di versi film ceritanya langsung lompat ke Anne yang sudah berkarir sebagai wartawan.


Kamu penggemar cerita detektif dengan latar belakang petualangan juga?

1 comment:

  1. Naaah beberapa buku Agatha Christie's memang ada yg bikin ngantuk sih. Makanya aku sampe skr ga bisa suka semua buku2nya.

    Tadi langsung meriksa tumpukan buku Agatha yg udah dibeli tapi blm baca, sayangnya ga ada yg judul the mas in brown suite ini mba. Penasaran padahal :D.

    ReplyDelete