lyfe and reviews

Review Buku : The Female Brain & The Male Brain



"Perempuan urus rumah saja", di hari gini sudah enggak relevan. Banyak perempuan yang merasa bahwa perbedaan antara laki-laki dan perempuan selain secara fisik itu nyaris tidaklah ada.  Perempuan bisa melakukan yang dilakukan oleh laki-laki juga. Minat secara teknologi juga tidak terbatas.


Para ahli pernah mengadakan penelitian melalui jenis mainan, dimana seorang anak perempuan diberi mainan mobil-mobilan sejenis truk. Dan dibiarkan bermain tanpa intervensi atau pengarahan dari orang dewasa bagaimana cara memainkannya. Yang terjadi adalah truk tersebut dijadikan seperti boneka anak!


Untuk menemukan jawaban mengapa hal itu bisa terjadi, salah satu buku yang saya rekomendasikan adalah The Female Brain dan The Male Brain (anggap saja satu seri ya).




Buku karangan neuropsikolog Louann Brizendine ini membahas perbedaan otak perempuan dan laki-laki. Perbedaan yang sebagian besar dipicu oleh perbedaan hormon yang bereaksi pada otak. Disini kita akan lebih memahami perbedaan cara berkomunikasi antara laki-laki dan perempuan, juga perilaku, yang mana akan berdampak pada kelancaran komunikasi entah itu dalam pekerjaan, keseharian, atau keluarga.


Dan banyak cerita lucu yang sering terjadi karena gagal paham masalah miskom ini.


Seorang ibu pernah bercerita perkara miskom dia pada suami dan sekian anaknya – yang laki-laki semua.


“Anak-anak ketika tidak menjawab saat saya panggil, saya siram air semua!”


Dia baru belajar bahwa kadang perempuan harus menunggu laki-laki  memproses informasi dulu, terutama ketika awal-awal membuka percakapan. Kemudian laki-laki juga tidak butuh berbicara sebanyak perempuan.  Sayangnya, laki-laki juga jarang paham kenapa perempuan jauh lebih cepat merespon panggilan dan banyak bicara. Kelambatan dan minimnya respon laki-laki sering membuat perempuan mengalami kekesalan menumpuk selama bertahun-tahun.


Lalu kenapa ada laki-laki dan perempuan yang bisa melakukan perilaku lintas gender? Misal, perempuan yang jago baca map atau laki-laki yang bisa “mendengarkan kata perempuan”. Yang terakhir ini adalah makna yang tersirat bukan tersurat.


Jawabannya memang bisa. Otak manusia kan memang bisa belajar. Tapi….. dengan usaha dan latihan yang lebih lama dan lebih berat dibanding lawan jenisnya! Misal, karena keadaan dimana dia harus mandiri, si perempuan “dipaksa” belajar membaca peta. Lalu bertahun-tahun dia melakukan itu hingga menjadi mahir. Demikian juga yang laki-laki. Bila dia sudah paham, atau memang memiliki banyak saudara perempuan atau teman perempuan, tentunya akan lebih mengerti bagaimana cara “berusaha” lebih mendengarkan. 


Hal diatas juga menjelaskan secara sederhana mengapa kegiatan yang dicontohkan, akan diikuti anak. Misal, anak laki-laki yang biasa ikut aktivitas ibunya misal ke salon, memilih baju, dsb akan terbiasa feminin juga. Demikian pula anak perempuan yang banyak dididik oleh ayahnya suka kegiatan maskulin bisa jadi tomboy. Karena itulah kenangan pertama kali seorang anak tentang arti kegembiraan. Akhirnya memang benar, bahwa seorang anak terlahir seperti kertas putih. Pengulangan berulang kali dari orang tua dan lingkunganlah yang memberikan sentuhan warna dalam karakter.




Ketika Brizandinne menulis buku kedua The Male Brain, dia sempat ditertawakan. Karena dianggap buku tentang Male bakalan lebih tipis dari Female, "Bahkan mungkin setipis pamflet saja!" Karena faktanya, laki-laki sering dianggap sebagai template dasar dari seorang manusia. Sebagai contoh dalam bahasa Inggris “man” sering dipakai untuk mewakili humanity. Padahal tahu nggak bahwa template dasar otak manusia yg tidak berubah sejak lahir adalah otak perempuan? Lol!


Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki bila dikerjakan oleh perempuan, maka si perempuan akan dianggap “hebat”. Nggak usah soal pekerjaan deh, soal hobi misalnya. Perempuan yang hobi bela diri, menembak, terjun payung, balap mobil, serta kebanyakan hobi maskulin lain, akan mendapat sorot mata kekaguman lebih (terutama dari lawan jenis). Bandingkan bila yang terjadi sebaliknya, jika seorang laki-laki suka kegiatan menata, merajut, atau merangkai bunga! Berbagai hal menyangkut emansipasi wanita, kesetaraan gender, selama ini terjadi sebetulnya bukan karena perempuan ingin melebihi laki-laki. Tapi hal itu berasal dari pengalaman menyakitkan sepanjang sejarah manusia, bagaimana   tekanan,  kurangnya penghargaan, kekerasan, dan ketidakadilan terhadap perempuan. Dimana dunia jauh lebih menghargai laki-laki dan segala hal yang dikerjakan laki-laki.


Sekarang, setelah banyak yang sudah hilang minat dengan “pekerjaan perempuan” (perempuan sudah tidak berminat untuk menikah dan atau memiliki anak-anak), menyusutnya penduduk di sebuah negara yang mengancam eksistensi semua orang disana,  dunia baru sadar bahwa apa yang ditakdirkan untuk laki-laki dan perempuan adalah sama berharga serta hebatnya.  


Saya masih perlu belajar banyak lagi soal ilmu ini.  Otak manusia.


Dari kedua buku diatas, setidaknya jadi sedikit memahami (para ahli otak saja mengakui banyak yang belum mereka ketahui), semakin kagum pada penciptaan dan kerja otak. Bahwasanya manusia mampu melakukan apa saja dengan kemampuan otaknya.  Membuat kita belajar menghargai diri sendiri telah diciptakan sebagai apa,  sembari  menerima perbedaan dan menghargai keunikan masing-masing gender.


Apakah kamu pernah baca juga atau setidaknya mengetahui kasus serupa?


Gambar fitur diambil dari pixabay


4 comments:

  1. Kalau perempuan bisa melakukan pekerjaan sama seperti laki-laki di bilang keren, tapi kalau lelaki melakukan pekerjaan seperti perempuan di bilang kemayu hehe...baru saja kemarin nongol di Ig saya, seorang perempuan di salah satu minimarket sedang mengangkat galon ke sebuah mobil dan pembeli nya adalah seorang lelaki, banyak komen menyalahkan lelaki karena di anggap gak sensitif, koq malahan mbk yg jual yg unjal galon, kenapa angkat galon aja jadi panjang lebar, mungkin itu bagian dari gawean dia di minimarketnya, mungkin rekan kerja yg cowok lagi gak ada, perempuan kepingin di anggap setara di bidang pendidikan, karier , pokoknya yg berbau ilmu,,toh si mbaknya aja biasa aja, saya di rumah kalo lagi ga ada suami dan anak, pas air galon abis ya angkat atau guling "sendiri wkwkk ga pake ngeluh atau manja..kan saya cewek harusnya gak angkat"...gimana dengan perempuan di Bali atau beberapa daerah yg kerja jadi kuli bangunan, apakah karena dia perempuan di anggap gak pantas ?..kebutuhan ekonomi yg menuntut perempuan ikutan kerja kasar/jadi buruh, apakah bakalan di nyinyirin juga...ah seharusnya yg kerja keras dan mengandalkan otot itu hanya untuk lelaki aja, beberapa cewek mah nuntut kesetaraan tapi manja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kalau kepepet yang namanya manusia bisa semuanya biar survive. Kalau di lokasi ada cowok, masyarakat baru bertanya-tanya, ini cowoknya kemana kok cewek yg ngerjain semua. Lebih ke anggapan yang lebih kuat secara fisik wajib bantuin. Mungkin sama halnya kasus anak kecil/lansia angkat galon berat, sementara ada anak muda yang sehat...

      Delete
  2. Blog yang keren menambah insight baru. Buku seperti ini selalu menarik untuk dibaca, salam kenal hehe. BTW saya juga kadang review buku

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih. Ya memang buku bahas wanita pria itu selalu menarik. Menarik! Nanti saya mampir. Salam kenal.

      Delete